Sudah sekian purnama berlalu. Tapi tetap harus dituliskan karena sudah mau meledak di kepala.
Tetapi dasar saya, memang harus ditulis semuanya dengan runtut. Baiklah.
Ketika itu kami duduk berdua dan berpikir, apa yang bisa kami lakukan untuk memberikan bekal dan sekaligus tantangan yang berbeda dalam liburan untuk anak-anak ini.
Bercakap ke sana kemari, lalu tercetus keinginan untuk pergi ke tempat yang sudah saya rindukan sejak kecil, Jepang.
Sepertinya sangat tidak mungkin untuk dilakukan, tapi kami tergoda untuk mencoba. Suami saya menyerahkan seluruh perencanaan dan kegilaan, lebih tepatnya, kepada saya.
Saya mulai hunting info terkini di grup Backpaker International di FB. Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum berangkat. Apa saja yang harus dicermati. Destinasi apa saja yang harus dikunjungi. Hal-hal penting apa yang harus diperhatikan. Waktu yang paling baik kapan. Mana yang harus diprioritaskan, dan masih banyak lagi.
Saya memulai percakapan dengan suami saya ini di bulan Januari 2019. Niat dan keinginan ini disusun menjadi suatu rencana yang masuk akal, step by step.
Agustus 2019, Fia anak sulung kami sudah akan masuk kuliah. Sehingga estimasi keberangkatan harus sebelum itu, lagi pula di akhir 2019 dan tahun 2020 Ica anak bungsu kami akan memasuki tahun terakhir SMP-nya, sehingga the best session to take adalah sebelum masuk ke kelas tiga.
Maret April, adalah saat dimana Sakura berbunga dengan indahnya. Estimasi anak-anak ujian bulan Juni tidak mungkin karena hampir bersamaan dengan liburan hari raya dan puasa. Akhirnya, ujian anak-anak, termasuk ujian kakak akan dimulai di Mei. Dan ini speaking about UNAS, so persiapannya harus bener-bener sebelum bulan Mei. Jadi juga sangat tidak mungkin untuk pergi sebelum Unas bukan? Maka, waktu yang sangat tepat untuk mbolang adalah setelah ujian dan sebelum agustus.
Mari kita hunting.
Ngobrol dengan anak-anak kemudian, mereka terbelalak dan bertanya, "Really??"
Really, girls. Let's make it true.
Jejingkrakan lah mereka dengan sepenuh rasa. Tapi ada yang saya tekankan kepada mereka.
It is about learning. Jadi kita di sana akan backpakeran, atau bisa dibilang semi backpakeran lah, kalo gak mau dibilang murni. Jadi akan ada banyak jalan, banyak destinasi, kita tidak boleh marah-marahan, nikmati semua kegiatan, dan belajar sama-sama. Ada hal-hal yang harus dipersiapkan, termasuk visa dan tiket. Itinerary akan disiapkan mama, tapi semua harus approved, dan tidak boleh protes bila pas diinfo cuma bilang terserah-terserah aja. Bertanggung jawab terhadap barangnya masing-masing. Uang membawa masing-masing, semua makan dan perjalanan ditanggung mama kecuali bila ingin beli sesuatu sendiri harus mengatur uang yang dibawa tanpa perlu minta mama.
Seru abis!! Mereka dengan segera mengumpulkan uang tabungan mereka dan menghitung kira-kira berapa yang akan dibawa untuk trip ini. Mereka juga minta satu hal kepada saya, yaitu ketika mereka akan membelanjakan uangnya sendiri, mama tidak boleh protes tentang hal yang akan dibeli.
Oke, no probls. Asalkan tidak benda-benda yang tidak pantas, mama akan approved dan tidak protes. Win win solution, kan?
Lalu bapak ngapain? Bapak apa kata jendral aja lah. Saya akan atur dan hunting semua tiket dan itinerary lalu kita akan berdiskusi kembali.
Kemudian, ternyata si Ica yang sudah tidak kecil ini, tadinya di plan untuk ikut pertukaran pelajar di Aussie selama 10 harian di bulan Maret atau April, belum fix juga. Tapi ketika kami mengikuti sosialisasi dari sekolah, kami memperhitungkan bahwa biaya terlalu besar dengan benefit yang tidak terlalu maksimal seperti kakaknya.
Lalu kami menawarkan opsi kepada Ica. Bagaimana bila, pertukaran pelajarnya diswitch dengan bonus trip untuk perjalanan ke Jepang ini?
Ica sendiri merasa tidak yakin untuk ikut pertukaran pelajar ini. Kemudian dia dengan langsung mengatakan, tambah trip ke Korea!!!
Weeeeellll, mama berpikir. Setelah melakukan quick count dan membandingkan beberapa aspek penting, ternyata, perjalanan tambahan ke Korea Selatan tidak akan lebih mahal dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk pertukaran pelajar ini tadinya. Justru akan berangkat berempat!!!
Well, approved.
Fixed sudah kami akan lakukan perjalanan ini dengan tujuan utama ke Jepang, dilanjutkan dengan Korea Selatan.
Fia dan Ica jungkir balik kegirangan, toss berdua dengan bahagia!!! Iya aja, mereka K-popers banget sementara maknya Jepang minded banget.
Kenapa tidak, dalam satu hajar, dua negara terlampaui.
Mau tau kelanjutan ceritanya?
Sabar, saya akan ketikkan di bagian berikutnya ya.
Keep reading!!
#windyeffendy #love #life #family #japantrip #japan2019 #koreatrip #summer2019
Tujuan sudah ditetapkan. Sekarang mari kita preteli apa saja kebutuhannya.
Satu: TIKET
Kalau anda mau berhemat, nomor satu adalah melakukan hunting tiket dengan sebaik-baiknya. Cari di berbagai platform, lihat mana yang lagi promo, mana perbandingan yang terbaik. Pagi sore buka laptop buka hp cari di OTA (Online Travel Agent, buat yang belum tahu. Yaitu Traveloka, Agoda, Tiket dot com, Pegi-pegi dan sebangsanya). Juga mencari perbandingan dengan SkyScanner. Langsung cek di aplikasi seperti Air Asia.
Kegilaan saya mencari tiket ini berlangsung mulai dari sejak ditetapkan tujuan sampai pertengahan Februari 2019 kira-kira.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah menyisir tanggal-tanggal yang memuat harga termurah, dan kira-kira OTA mana yang memberikan promo dan diskon termurah pula.
Harus ati-ati lan waspodo! Karena beda hari aja bisa jadi sudah beda pula harga yang muncul.
Kemudian satu tips lagi, pemilihan maskapai, pemilihan durasi transit, juga pemilihan bagasi, harus mempertimbangkan anggota trip kita juga. Kalau kondisi saya saat ini adalah berempat sudah dimasukkan adult semua, dalam arti anak-anak saya sudah tidak perlu dijaga dan dikejar-kejar karena berlari ke sana kemari. Tiap anak sudah bisa menyiapkan dan membawa kopernya masing-masing dan bertanggung jawab atas bawaannnya. Setiap dari kami adalah pejuang new experience, artinya kami siap membambung ria di airport atau di mana saja. Jadi concern utama nya adalah : Tiket dengan harga MURAH, maskapai yang kalo bisa nyaman, transit lama no problemo, keseluruhan wrapping trip aman dan bisa dinikmati oleh anak-anak.
Dari kira-kira sepuluh sampe empat belas hari, setelah menghabiskan berlembar-lembar kertas, berjam-jam di depan komputer, akhirnya tercipta sebuah kombinasi yang saya dapatkan dengan harga cukup optimal.
Tiket yang saya siapkan pada sekitar tanggal 20-an Februari plus beberapa hari sekitar itu adalah tiket untuk tanggal 4 Juli 2019 dengan departure dari Surabaya dengan tujuan Haneda, Tokyo, dengan waktu transit di KLIA selama 5,5 jam by Air Asia.
Dilanjut dengan tiket dengan tiket tanggal 11 Juli 2019 dari KIX (Kansai International Airport) dengan tujuan ICN (Incheon International Airport) menggunakan Peach Airlines.
Tiket pulang tanggal 15 Juli 2019 dari ICN dengan tujuan SUB, transit di KUL selama 1 hari, by Air Asia. Bonus jalan-jalan di Kuala Lumpur tentu saja.
Sekali hajar, 3 negara terlampaui.
Jangan lupa, tiket ini tercipta setelah menyusun itinerary kasar tentang perjalanan ini dengan tujuan yang ingin didatangi sudah disiapkan terlebih dahulu. Juga harus diingat bahwa dalam pengajuan Visa Jepang, itinerary yang masuk akal akan mendukung approval visa. Jadi jangan asal membuat itin tapi memang harus disesuaikan dengan alur perjalanan.
Dua : ITINERARY
Jadi rencana yang sudah disusun adalah, perjalanan dimulai dari Surabaya.
Transit di KLIA untuk pemanasan selama 5,5 jam.
Lanjut penerbangan ke Tokyo selama 7 jam dengan Air Asia, landed di Haneda jam 22.30 malam.
Saya sudah melakukan studi apakah bisa menginap di Haneda malam hari tanpa perlu booking hotel, dan apakah bagaimana cara berangkat dari Haneda ke hotel yang kami booking pada pagi harinya. Detailnya akan saya tulis di tulisan berikutnya, intinya saat itu saya yakin bahwa malam itu lebih baik dihabiskan di Haneda sambil eksploring bandara karena hanya sekali itu kami ada di situ.
Paginya, jatuh di hari Jumat.
Itinerary yang saya susun adalah berdasarkan potongan waktu sholat di setiap lokasi, dan juga tempat yang dikunjungi adalah lokasi yang berdekatan dengan masjid atau tempat sholat lainnya. Jadi perjalanan ke Tokyo harus tidak boleh melewatkan waktu Jumat'an dan waktu sholat lainnya.
Total dalam perjalanan ini kami mendapatkan 2x hari Jumat, satu di Tokyo dan satu lagi di Seoul. Sekaligus exploring budaya dan kegiatan sholat Jumat di negara berbeda, saya mengeksekusi itinerary dengan semaksimal mungkin.
Jarak lokasi yang akan dikunjungi satu dengan yang lain juga jadi pertimbangan apakah bisa dicapai dengan hemat atau harus ada cost tambahan. Perjalanan jadi masuk akal karena dalam satu kali tempuh satu area terlampaui, dan tentu saja harus sekaligus menghemat biaya. Juga dalam satu area yang didatangi hari itu harus ada tempat makan halal, atau bila tidak ada alternatif apa yang bisa dilakukan untuk menghemat biaya dan sekaligus menghemat waktu dan tetap halal. Emak banget saya ya. Begitulah.
Detail di tiap harinya akan saya jelaskan dalam tulisan-tulisan berikutnya ya.
Tiga : VISA
Mengurus Visa ke Jepang dan Korea, akhirnya menjadi mengurus visa terpisah, masing-masing sendiri. Tidak ada lagi visa Jepang yang bisa digunakan masuk ke Korea, sehingga harus di-apply dua-duanya.
Tulisan tentang mengurus Visa akan saya jelaskan dalam catatan terpisah, ya.
Cerita pengurusan Visa Jepang bisa dilihat di sini :
https://windlit.blogspot.com/2019/11/catatan-perjalanan-2019-pengajuan-visa.html
Kisah pengurusan Visa Korea bisa dilihat di sini :https://windlit.blogspot.com/2020/04/catatan-perjalanan-2019-mengurus-visa.html
Empat : HOTEL
Ketika sudah menentukan tempat tujuan, maka pemilihan hotel harus dilakukan dengan cermat. Saya memilih untuk mengambil masing-masing satu hotel di satu kota utama, yaitu di Tokyo, Osaka, Seoul, dan Kuala Lumpur. Backpaker hotel atau hostel yang saya ambil. Dengan perbandingan menggunakan 3 OTA : Agoda, Traveloka, dan booking dot com. Kebanyakan saya ambil dari booking dot com berupa booking saja, terutama di awal sebelum apply visa. Karena yang dibutuhkan hanyalah dokumen booking confirmation, maka saya mengambil hotel yang masuk akal dengan itinerary, terutama untuk apply visa Jepang.
Selesai apply visa dan beres, saya review kembali hotel-hotel ini dan melakukan re-booking dan cancellation kira-kira di bulan April atau Mei 2019. Juni, semua sudah fix dan tidak diubah-ubah lagi karena sudah terlalu mepet.
Lima : TRANSPORTASI DALAM NEGERI
Hal yang perlu diperhatikan di Jepang adalah transportasinya yang cukup mahal. Maka harus pintar-pintar mengatur rute yang maksimal dan tentunya tidak mahal.
Setelah melakukan perbandingan, dibantu Fia, saya menentukan untuk menggunakan Tokyo Subway MetroPass 3 hari, dibantu dengan Pasmo Card untuk alternatif transportasi lainnya. Selama di Jepang, dua kartu sakti ini sangat membantu kami dan dengan mudah membuat kami berpindah ke lokasi satu dengan yang lain.
Di Osaka, saya memilih menggunakan Kansai Thru Pass, yang sangat membantu perjalanan juga. Masih menggunakan Pasmo Car juga untuk pengeluaran yang lain.
Di Seoul, saya menggunakan T-money, setiap anggota keluarga membawa masing-masing satu. Semua bertanggung jawab atas kartunya masing-masing, dan harus bisa menghitung kurang lebihnya.
Enam : MAKAN!!
Ini yang paling penting! Cari makanan halal susah katanya di Jepang dan Korea? Kata siapa, kami santai-santai aja. Kuncinya satu, yakin dan jangan malu bertanya.
Sebelum berangkat, penyusunan itinerary soal makanan ini saya dibantu Ica, dan kami menandai lokasi tempat makan yang halal dan alternatifnya. Ditambah dengan bersahabat baik dengan Lawson dan Sevel, kami aman-aman saja. InshaAlloh makanan halal mudah didapat.
Sudah, apa lagi ya? Kayaknya sudah semua. Detail akan saya bredeli dalam setiap topik dan hari berjalan, sudah siap kerangkanya tinggal nunggu mood yang baik buat nulis, hehehe.
Semoga bisa membantu tulisan ini, dan akan dilengkapi nanti bila ada yang ingat dan harus ditulis deh.
Sampai ketemu di tulisan berikutnya!!
#windyeffendy #love #life #family #japantrip #japan2019 #koreatrip #summer2019 #catatanperjalanan #tulisanhariini
Cerita tentang Fia, yang sudah harus kuliah, di Jakarta.
Kami benar-benar berhitung, dan tentu saja Fia juga.
Kami berniat untuk memberikan yang terbaik dan ikhtiar untuk Fia.
Sekaligus mengajarkan Fia untuk bisa berhemat dan mengatur uang.
Untuk semester awal, Fia tinggal di asrama yang dekat dengan kampusnya di Binus Alam Sutera. Biaya yang kami bayarkan di asrama sudah termasuk listrik, air, keamanan, furniture, wifi.
Jadi untuk makan, Fia harus bisa mengaturnya sendiri.
Kami memberikan uang saku bulanan. Di bulan-bulan pertama ini, mungkin kami memberikan lebih karena Fia masih harus beradaptasi dengan lingkungannya dan masih harus mengetahui tempat-tempat untuk mencari keperluan kuliahnya. Masih terjadi nego di banyak hal, dan Fia masih berusaha untuk mencari ritme kuliahnya untuk bisa mengatur aktivitasnya yang lain.
Bismillah, semoga dimudahkan oleh Alloh. Aamiin..
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari10
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Ini cerita tentang Ica, yang memiliki kesulitan untuk berhitung dengan akar dan kuadrat.
Tiba-tiba suatu malam ia turun dan bertanya kepada saya sebuah soal, akar dan kuadrat.
Mumetlah mama ini menjelaskan.
Ketika kami menghitung bersama-sama, saya menyadari kelemahan Ica lainnya adalah di bilangan desimal dan pecahan. Maka saya menjelaskan pelan-pelan.
Soal yang dibawa kemudian adalah menghitung prosentase. Ini sekaligus mengalikan pecahan, yang lalu di soal jawabannya berupa bilangan desimal.
Untuk memudahkan Ica, saya mengambil kertas dan menggambarkan step-stepnya, kemudian mengulang beberapa kali sampai Ica mengerti. Alhamdulillah akhirnya dia menemukan jawaban yang pas.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari9
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Namanya juga sekolah, pastilah berkutat dengan nilai-nilai.
Kebetulan mereka berdua sekolah di Sekolah Alam Insan Mulia, yang mengedepankan life skill dan tidak melulu soal nilai akademis.
Somehow, menginjak tahun-tahun terakhir jenjang mereka berada, pasti mau tak mau ribut sama nilai.
Fia lebih santai saat belajar, tapi dia projectnya berjibun sampai saya kuatir sendiri akan nilainya. Tetapi dia meminta untuk les dan belajar dengan guru untuk membantu dia mengerjakan UNAS dan memiliki nilai yang lebih baik.
Baik, saya harga usahanya. Dan ketika pelajaran yang paling sulit baginya adalah matematika, saya menyerahkan sepenuhnya kepada gurunya karena materinya sudah diluar yang saya bisa bantu belajar.
Untuk Ica, beberapa screening test yang harus dilakukannya membuat dia sedikit gelisah.
Saya tekankan pada Ica, bahwa ketika yang harus diperhatikan itu adalah hasil temen sekelas juga. Bila dia mendapatkan nilai 60 sementara nilai tertinggi hanya 63, maka Ica masih bisa lega. Memang Ica tetap belajar dengan serius bersama guru lesnya.
Dan kemudian hasil dari tes itu seperti yang diduga. Nilai tertinggi teman-teman sekelasnya pun masih berkisar tak jauh dari nilai Ica. Jadi Ica menjadi lega, dia pun belajar perbandingan nilai untuk memahami peringkat.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari8
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Setelah Fia menginjak SMP dan Ica sudah kelas 4 SD, saya memberikan uang saku secara mingguan. Ketika semakin besar, saya mencoba memberikan tanggung jawab yang lebih besar lagi, dengan memberikan uang saku bulanan.
Ketika Fia SMA, dan Ica SMP, mereka menerima uang saku bulanan yang mereka kelola sendiri. Perhitungannya dari berapa uang saku harian dikalikan 25. Kemudian di hari selain hari sekolah, bila mereka mau keluar dengan teman-temannya, saya hanya support sebagian dari yang dibutuhkan. Biasanya Fia dan Ica sudah memiliki tabungan uang sendiri yang bisa digunakan untuk membeli barang-barang yang dimaui.
Bila mereka pergi bersama saya, barulah saya menanggung uang jajan main hari itu, secara penuh. Pun ketika membeli buku, saya memberikan jatah nilai harga buku yang bisa dibeli. Bila mereka mengambil buku yang lebih dari batas yang saya berikan, mereka menambah sendiri dengan uang saku mereka.
Mamak kejam?
Tidak. Saya mengajari mereka bagaimana menghargai uang yang sedikit. Ini pun menghasilkan kondisi yang berbeda dengan keduanya.
Fia, yang lebih suka jajan dan main, lebih gampang menghabiskan uangnya, berapapun yang dia punya. Tapi dia pun terpacu lebih kreatif lagi untuk mencari uang tambahan dari kerja kerasnya sendiri seperti mendesain, atau ikut lomba-lomba yang berhadiah uang tunai.
Sementara Ica, bisa mengumpulkan uang di tabungannya jauh lebih banyak dari Fia. Bahkan ia lupa sudah punya uang berapa. Dan uang saku bulanannya selalu sisa. Tapi dia tidak terlalu terpacu untuk mencari uang sendiri, malah jauh lebih santai.
Ketika melakukan perjalanan ke Korea dan Jepang kemarin, mereka berdua sudah menganggarkan sekian rupiah dari uang saku mereka yang akan ditukarkan ke Yen dan Won, masing-masing. Dan mama pun tidak boleh mengintervensi benda yang akan dibeli dengan uang-uang itu. Well, okay.
Daaan, apa yang terjadi, mamak nambahi dikit lah. Tapi masih wajar dengan apa yang mereka dapatkan di sana..
Proud of you, girls..
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari7
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Menghitung uang juga menjadi satu hal yang saya ajarkan kepada anak-anak sejak dini. Kadang-kadang saya beri uang saku mingguan, atau harian bila memang tidak memungkinkan diberi mingguan.
Simple thing yang kadang kita lupakan untuk memberikan mereka kepercayaan.
Digabung dengan project-project yang biasanya ada di sekolah mereka, termasuk membuat makanan untuk dijual lagi di bazaar kecil kelas mereka.
Uang modal dari saya, lalu kami olah bersama-sama menjadi makanan kesukaan mereka, yang lalu dikemas personal kecil-kecil.
Uang hasil penjualan mereka ini, mereka simpan sendiri untuk tambahan uang jajan atau untuk membeli buku yang mereka inginkan.
Serunya, setelah acara selesai, di rumah Fia dan Ica berkumpul di kamar untuk menghitung hasil jualan hari itu. Lapor kepada saya, lalu dengan gembira menyisihkan uang untuk ditabung.
Alhamdulillah.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari6
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Seperti yang saya tulis dalam postingan pertama, bahwa untuk mengajari anak-anak waktu, saya tidak serta merta mengajarkan tentang membaca jam dengan cara biasa.
Saya membiasakan anak-anak melihat jam manual, jam dinding, bukan jam digital. Bahkan jam mainan pun saya berikan yang manual, bukan digital karena itu akan membuat mereka memahami konsep waktu secara menyeluruh dulu.
Awalnya, saya menggunakan jam kalender kegiatan. Saya membuat satu lingkaran yang saya bagi menjadi 5 atau 6 daerah waktu yang diberi warna berbeda-beda. Jarum jam yang rusak saya gunakan untuk membuat jam kegiatan ini seolah-olah jam sungguhan.
Dibagian waktu yang berbeda-beda itu, saya menggambarkan kamar mandi atau shower, tas sekolah, makanan, tidur, dan lain-lain sebagai penanda.
Dengan Fia, saya menunjukkan bahwa bila jarum panjang ada di sini, maka sekarang waktunya mandi. Bila jarum panjang di sini , waktunya tidur. Menyelipkan angka-angka dalam bahasa lain kadang saya gunakan untuk membuat anak-anak memahami ada dimensi lain dalam belajar.
Ketika sudah paham, barulah saya menggunakan jam dinding beneran untuk memperlihatkan timeline pada setiap kegiatan anak-anak. Setelah terbentuk pola, mereka akan dengan mudah merepetisi setiap jadwal yang sudah disiapkan untuk mereka.
Apakah ini membuat anak-anak menjadi terlalu dibatasi?
Tidak. Mereka dikenalkan disiplin dulu. Ketika semakin besar mereka melakukan adjustment dengan kegiatan mereka, sudah semakin longgar saya karena saya dan mereka tahu pasti konsekuensinya.
Masa-masa yang sungguh tidak akan terulang adalah, masa kecil mereka. Rindu.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari5
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Ketika saya sudah memulai usaha kue, anak-anak secara tidak langsung ikut terlibat di dalamnya. Tanpa perlu disuruh, mereka memiliki rasa penasaran yang luar biasa ketika melihat saya mulai mempersiapkan bahan-bahan dan perlengkapan untuk membuat kue.
Fia dan Ica, dua-duanya sangat senang ikut terlibat dalam proses membuat kue. Mulai dari proses persiapan, yaitu menimbang dan menyiapkan bahan dan alat. Menimbang mungkin masih membingungkan buat mereka pada awalnya, tapi mereka belajar memperhatikan angka di timbangan digital yang menurut mereka sangat menarik ketika angka itu berubah saat bahan ditambahkan ke dalam bowl.
Kemudian, hal simple lainnya yang sering mereka bantu adalah menata barisan kue kering di dalam toples. Mencetak dan menata kue di atas loyang untuk di oven.
Kemudian, memnghitung berapa banyak toples yang sudah jadi. Menghitung berapa banyak cupcake yang sudah dibikin.
Ica kecil, lebih suka membantu saya mendekorasi kue dan membuat bunga-bunga kecil yang lucu. Masa-masa itu, sungguh tidak mungkin kembali. Masa-masa bahagia yang akan mereka kenang sepanjang hidup mereka. Really missed it.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari3
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Saya dan suami, Alhamdulillah memiliki gaya yang sama dalam mengasuh anak. Karenanya kami hampir tidak pernah berseteru dengan apa yang kami deliver ke anak-anak.
Dua gadis kecil ini Alhamdulillah puas bermain bersama kami berdua. Pada masa-masa di Semarang, kira-kira tahun 2008-2012, kami growing up bersama dengan penuh cerita.
Banyak lokasi-lokasi wisata di Jawa Tengah yang kami kunjungi bersama. Dan di sana kami selalu menyempatkan untuk menikmati setiap detiknya.
Seperti kunjungan kami ke Masjid Agung Jawa Tengah. Itupun tak luput dari kegiatan bermain angka bersama anak-anak. Menghitung tiang payung yang ada di pelataran MAJT, menghitung anak tangga. Menghitung burung-burung yang terbang di atas masjd. Menghitung banyaknya mobil warna merah di parkiran.
Keika kami bermain ke Taman Kelinci Salatiga, tentunya menghitung kelinci di kandangnya pun kami lakukan. Lalu bermain mini flying fox sambil menghitung waktunya.
Menghitung banyaknya ban atau roda bekas yang digunakan untuk duduk.
Menghitung banyaknya ayunan. Menghitung waktu mengayun.
Life is so fulfilled with love. And numbers.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari4
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Ketika anak-anak sudah beranjak lebih besar, saya mulai mengajak mereka berlatih tanggung jawab sekaligus mengenal dan menyukai angka-angka.
Caranya mudah saja, yaitu dengan mengajak mereka membereskan sendiri mainannya setiap hari. Saya mengajak mereka menghitung jumlah buku yang dimiliki misalnya. Atau jumlah boneka yang ada. Jumlah mobil-mobilan yang tadi digunakan bermain.
Bila saat membereskan tidak sama jumlahnya, maka anak-anak akan mencarinya sampai ketemu.
Bukan untuk melatih mereka terlalu sayang pada benda, bukan. Tapi untuk membuat mereka bertanggung jawab merapikan mainannya setelah bermain, dan membiasakan mereka memahami bahwa segala seuatu yang dijaga dan dirawat baik-baik akan lebih baik.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari2
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Kali ini tentang bagaimana membuat anak-anak jatuh cinta terhadap matematika.
Sedari anak-anak kecil, saya secara tidak sadar sering melakukan hitungan pada step yang dikerjakan. Karena saya sendiri juga begitu.
Contohnya adalah saat memakaikan baju.
Saya ajak anak-anak memakai baju dengan menghitung. Satu, memasukkan kepala. Dua, masukkan tangan kanan. Tiga, masukkan tangan kiri. Empat, berdiri, rapikan baju.
Juga urusan mandi, agar mereka tidak merasa dipaksa mandi, sering kali saya menggunakan jam untuk membatasi waktu untuk bermain dan segera masuk kamar mandi.
"Dek, panjangnya di lima nanti mandi ya."
"Kak, nanti kalau panjangnya di sepuluh kakak masuk kamar mandi ya.."
Begitu misalnya.
Jadi mereka mulai memperhatikan jam dan memperhatikan angka yang dimaksud. Sekaligus memperhatikan jarum panjang.
Efektif, tanpa perlu marah-marah.
Juga membuat mereka paham dan tahu mengenal angka sejak awal.
^IP Kuliah Bunda Sayang, I love Math, Math Around Us
#hari1
#gamelevel6
#tantangan10hari
#ilovemath
#matharoundus
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Tahukah kamu tentang rasa?
tentang apa yang diderita hati
yang tidak bisa terurai kata
yang hanya terpenjara lara
Tahukah kamu tentang bahagia?
yang hanya bisa dipancarkan citra
yang menari dari pancar mata
yang terbuai dalam asmara
Tahukah kamu tentang kecewa?
yang hanya merintih di dada
yang ingin berlari pulang
yang ingin memeluk awan
rasa itu, ada.
Saya memiliki koleksi novel remaja karya Enid Blyton yang sudah saya mulai sejak SD. Buat saya pribadi novel-novel ini sangat menyenangkan, terutama seri tentang sekolah asrama.
Saya berusaha mengenalkan novel-novel ini pada Fia dan Ica, karena menurut saya novel ini bagus dan penuh dengan pengetahuan tentang budaya di sekolah asrama di British. Menurut saya.
Tapi, menurut dua gadis ini.
Novel mama jadul banget. Hahahahaha.
Novel mama bauk.
Baeklaaaah.
Jadi bau buku lama ini mereka tidak suka. Padahal buku saya bau gini semua 🤣🤣
Akhirnya, entah bagaimana. Ica tertarik untuk membaca seri Si Badung yang hanya ada 3 buku. Lucu katanya. Bagus ceritanya.
Alhamdulillah.
Tu nak, masih ada selemari lagi cerita lainnya.
Gak ah, aku gak suka baunya.
Baiklaaah, entah kapan tapi saya yakin, mereka akan membaca buku-buku koleksi saya ini bila sudah kehabisan bahan bacaan.
Mama optimis! Dengan catatan, jangan biarkan mereka berangkat ke toko buku sendiri.. 🤣
#hari10
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Koleksi lain dari Fia dan Ica yang bertumpuk di rumah adalah koleksi novel-novel remaja seperti ini.
Ada novel dari Ilana Tan, In a Blue Moon. Juga judul-judul yang lain.
Ada koleksi novel golongan darah - yang saya juga baru tahu kalau ada novel macam beginian - yang menceritakan kisah cinta antara dua orang bergolongan darah, bisa sama bisa tidak. Jadi ada banyak seri novel golongan darah ini.
Ica menceritakan isi novel In a Blue Moon sebenernya biasa aja, cuma karena kisahnya memiliki setting New York jadi sangat menarik untuk dibaca.
Sementara itu, novel golongan darah ini ternyata bersetting Korea juga! Pantesan anak-anak suka. Jadilah, mereka bercerita isinya yang berbeda-beda, tapi cukup ringan untuk dinikmati.
Buat Fia dan Ica, novel semacam ini menjadi jenis yang cukup dibaca sekali saja, karena kisahnya ringan dan tidak terlalu berkesan.
Sebentar saja, kumpulan novel ini berpindah ke tumpukan novel yang berlabel : Done!
#hari9
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
The girls is growing up. Emaknya harus sadar diri dan menerimanya.
Yang dulu penyuka komik Doraemon, Conan, Miko, sudab berubah menjadi penyuka novel.
Novel remaja, romantis pula.
Dan suka K-Pop. Baeklah.
Dulu yang masih suka Donal Bebek, Barney, Tom and Jerry, Barbie, sekarang penyuka EXO, BTS, Shinee, daaan kawan-kawannya.
Lalu novel yang tiba-tiba bertumpuk dirumah adalah novel yang berbau Korea pula.
Saya melihat anak-anak membaca buku ini yang berjudul Saranghaeyo, ditulis oleh penulis Indonesia yang suka sekali dengan Korea dan menuliskan detil tentang Korea dengan sangat baik di buku ini.
Fia dan Ica pun membaca novel ini, tentu saja isinya kisah cinta, yang dipadukan dengan budaya Korea yang mereka suka juga.
Seperti saya, proses pembelajaran itupun mereka lakukan dengan menyelam ke dalam kisahnya.. Mengetahui lebih dalam budaya Korea. Memahami bagaimana mereka bersikap, dan kebiasaan-kebiasaannya. Menggunakan huruf Hangul, dan membacanya dengan lancar pada akhirnya.
Bergunakah kemampuan mereka ini?
Berguna banget!
Saya sudah melakukan ujian langsung kepada mereka berdua langsung di Korea dan terjun ke kehidupan langsung disana.
Mereka yang membaca petunjuk jalan di Korea, mereka yang tawar menawar dengan penjual di Korea. Mereka membeli benda-benda di toko dengan bahasa Korea.
Lulus!
#hari8
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Masih bercerita tentang Fia lagi.
Dan kesukaannya membaca novel thriller.
Beneran thriller. Horor. Syerem.
Bahkan saya aja tidak berani meminjam bukunya.
Salah satu bukunya berjudul Saya Tidak Bisa Membunuhmu, dengan cover seperti di bawah ini. Menariknya dari cover buku ini, judulnya sebenarnya sangat panjang, hanya saja yang di highlight dengan warna merah adalah judul yang saya sebut tadi.
Sisanya, dibuat sewarna dengan covernya, hitam, dengan pembedaan laminasi. Jadi kita akan bisa baca judul selengkapnya dengan memutar buku ini pada sudut yang tepat.
Isinya? Hm, ngeri sendiri saya mendengar cerita Fia. Tentang pembunuhan.
Lalu saya tanya ke dia, kenapa kamu suka novel macam ini?
Seru, ma. Jawabnya. Ini ceritanya menarik, banyak intrik dan strategi di dalamnya buat menemukan siapa yang membunuhnya.
Saya lalu mengingat-ingat koleksi buku saya di masa remaja dulu, yang kebanyakan adalah Trio Detektif, Agatha Christie, Hercule Poirot, lalu apa bedanya? 😂
Agak beda sedikit karena mungkin ini sedikit lebih mencekam, secara penulis sekarang begitu detil dan liar imajinasinya.
Saya tetap mengawasi koleksi bacaan Fia ini, dengan banyak bertanya dan sedikit-sedikit browse tentang isinya.
Koleksi Fia yang lain adalah serial Yakumo, yang memiliki gendre thriller juga. Tapi isi buku ini sering didiskusikan dengan adiknya, dan saya ikut mencuri dengar.
Baiklah, as long as tidak merusak, masih memiliki goodside dan tidak berdampak buruk pada mereka berdua, saya masih oke kan.
#hari7
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Masih lanjut dengan Fia.
Ketika saya membeli novel Dan Brown yang terbaru, segera saja Fia mengantri untuk membacanya.
Inferno, segera masuk ke kamarnya setelah saya selesai membaca buku ini.
Dan, keseruan itu terjadi lagi. Tak habis-habis Fia membahas tentang detail cerita yang ada di buku ini.
"Mama jangan spoiler!!" begitu teriaknya ketika saya mengisengi dia dengan mulai bercerita yang semakin menjurus ke akhir cerita.
Kami sangat seru membahas Inferno ini, dimana diceritakan fenomena dunia digital yang bisa mengendalikan manusia pada akhirnya.
Ketika dicari siapa yang benar dan siapa yang salah, terciptalah diskusi seru, bahwa ketika teknologi menjadi suatu kebutuhan dan dimana manusia tidak bisa mengendalikannya.
Seperti mana yang duluan, telor atau ayam?
Lingkaran yang memang mau tak mau membelenggu kehidupan manusia di jaman sekarang ini.
Kami akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa tetaplah agama, rasa kemanusiaan atau humanity, culture atau budaya yang membuat manusia berakal itu menjadi hidup dan tetap menjadi makhluk Alloh yang lebih sempurna.
#hari6
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Kali ini saya akan bercerita tentang Fia dan buku-bukunya.
Fia sangat suka membaca sedari kecil. Dari buku-buku anak, majalah anak, komik, sampai ensiklopedia pengetahuan bergambar dia suka semua.
Beranjak usia SD, Fia mulai menyukai komik dan bacaan yang lebih mengutamakan gambar. Secara visual, Fia belajar dari buku-buku itu dan beranjak menjadi tukang gambar yang handal.
Saya sempat kesulitan membujuknya mulai beranjak membaca novel. Tapi tidak disangka, ketika kegiatan literasi yang dilengkapi reading time di sekolahnya semakin bagus, lambat laun Fia mulai menyukai novel.
Novel-novel remaja mulai saya pilihkan untuknya. Ketika menginjak usia SMP menuju SMA, semakin beragam jenis novel yang dibacanya.
Saya pun terkejut ketika Fia mulai mencoba membaca koleksi Dan Brown saya. Baiklah, rupanya dia mulai menyukai tema novel petualangan seru seperti ini.
Selama proses membaca Da Vinci Code, yang diselesaikannya selama kurang lebih seminggu, Fia sangat tertarik dengan detilnya. Banyak scene dan bagian dari novel ini yang kami diskusikan.
Serunya untuk kami adalah, Fia selalu membahas dengan semangat saat dia menemukan sesuatu yang menegangkan. Dan Fia banyak belajar tentang budaya serta kebiasaan dari negara dan agama lain, setelah membaca buku ini.
Growing harder, faster, smarter!
#hari5
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional
Buku selanjutnya yang dibaca dengan serius oleh suami saya adalah yang satu ini, berjudul Quantum Success.
Cukup lama waktu yang dihabiskan untuk membaca buku ini. Tapi kemudian saya melihat buku ini tergeletak lama tak disentuh, lalu saya merapikannya ke lemari buku.
Tumben saya tidak disuruh baca, dan juga tidak diajak diskusi.
Penasaran dengan apa yang dibaca beliau disitu, lalu saya pun bertanya.
"Udah selesai baca buku ini, mas?" tanya saya.
"Udah," katanya singkat.
"Bagus kah? Kok kayaknya bagus."
Dia diam.
"Yaa, gitu deh. Tidak terlalu menurutku. Cuma kupas kulit-kulitnya aja."
Oh pantesan. Tidak bagus rupanya.
"Jadi gak masuk ilmu Quantumnya?"
"Gak banget," jawabnya lagi.
Saya pun diam.
Rupanya, buku ini tidak direkomendasikan. Baiklah. Nanti akan lanjut buku selanjutnya.
#hari4
#gamelevel5
#pohonliterasi
#tantangan10hari
#kuliahbundasayang
@institut.ibu.profesional