CATATAN PERJALANAN 2019 : Pengajuan Visa Jepang Ala Kami


Yang paling penting dari semua persiapan yang harus dilakukan adalah, mengurus Visa.
Mau jungkir balik dan prep sedetil apapun tapi kalau Visa tidak diurus, dan tidak diapproved, sama juga bohong.
Betul tidak?


Saya lalu membaca kembali grup FB Backpacker International tentang pengurusan visa Jepang dan mencatat beberapa hal penting yang harus kami siapkan untuk mengurus visa. Juga googling ke beberapa blog dan menyesuaikan info yang ada dalam blog-blog itu lalu mengurutkannya. Dan sampailah saya pada satu kesimpulan bahwa visa Jepang ini bisa diurus sendiri. 

Visa Jepang diurus di Konsulat Jepang di Jalan Sumatera, yang mudah dicari. Dari luar sudah nampak gedungnya yang tertutup pagar rapat dengan pos penjagaan didepan untuk pendaftaran keperluan masuk ke gedung konsulat. Antrian tampak mengular tapi tidak panjang pada saat kami ada di sana. 

Waktu untuk mengurus visa adalah Senin - Jumat, pukul 08.15 - 11.30
Detail lengkapnya bisa dilihat disini :

https://www.surabaya.id.emb-japan.go.jp/informasi/ 

Waktu pengurusan visa ini kebetulan anak-anak sedang libur, sehingga kami menentukan hari itu harus sudah siap semua keperluan dokumen yang harus dibawa.
Di web konsulat Jepang disiapkan form checklist untuk dokumen apa saja yang harus disiapkan, seperti disini  : 


https://www.surabaya.id.emb-japan.go.jp/download/persyaratan_visa_2012.pdf

Akhirnya kami masuk ke antrian dan menanti sambil deg-degan. Baru kali ini ngurus visa sendiri tapi rasanya sangat menyenangkan, terlebih karena anak-anak bisa ikut semua. 
Kami antri kira-kira lima belas menit sebelum akhirnya maju ke pos keamanaan di depan gerbang. Di sana kami diminta mengisi buku tamu, tiap orang masing-masing, kemudian meninggalkan semua gadget dan benda elektronik di sebuah kotak hitam dan kemudian diberikan nomor tanda penitipan. 

Selesai mengisi, kami masuk ke sebuah pintu yang ada di sebelah pos keamanan, dan di sana kami harus meletakkan semua tas  untuk di screening dengan mesin. Aman, Alhamdulillah, sehingga kami bisa langsung masuk ke dalam lewat pintu berikutnya. Oiya, di depan jangan lupa menyatakan sebagai keluarga sehingga bisa masuk bersama-sama. Tujuan utama dari pengurusan sendiri ini adalah satu, memberikan pengalaman dan pengetahuan buat anak-anak agar nanti mereka bisa mengurus sendiri tentunya. 

Pintu ruang screening itu ternyata membuka ke arah kebun dalam yang sangat cantik. Ruangan untuk mengurus visa harus melewati kebun itu. Di ruangan ujung berpintu kaca, kami melihat sudah banyak orang-orang yang antri di dalamnya. Masuk melalui pintu itu, dan kami mengambil nomor. Nomor ratusan, 176 kalo tidak salah. Sementara kami melihat di atas counter ada penanda antrian yang masih berkisar nomor 50-an. Wah, kami sudah panik. Karena waktu menunjukkan sekitar pukul 10 yang artinya dalam 1,5 jam lagi pengurusan akan berakhir. 

Kami segera mencari spot untuk duduk dan sudah bisa diduga, tidak ada. Akhirnya kami mencari tempat sandaran paling nyaman untuk bisa menanti. Ada tangga menuju ke lantai 2 di bagian ujung ruangan, tapi di tangga itu sudah penuh orang duduk dan setelah kami mencuri dengar sedikit, ternyata ruang atas pun sudah penuh.  Baiklah, kami berdiri di depan lift sambil mengobrol. Untungnya lift ini jarang terbuka. 

Ada seorang bapak mendatangi kami, dari sebuah travel rupanya. Beliau menyodorkan kertas dan menanykan apakah dokumen yang kami bawa sudah lengkap. Bapak ini baik sekali dan memberikan kertas itu kepada kami, yang isinya ternyata adalah urutan dokumen yang harus diserahkan. Padahal sebelumnya di rumah, saya sudah membeber semuanya di meja makan dengan maksud mengurutkannnya dengan baik.

Di rumah, saya menyiapkan semua dokumen dengan seksama. Semampu saya sesuai dengan petunjuk yang saya dapat dari goggling sebelumnya. 
- Paspor dan pas foto masing-masing yang sudah kami siapkan beberapa hari sebelumya. - - Foto ini kami ambil di sebuah studio foto dekat rumah yang ternyata sudah sangat hafal dengan ukuran foto untuk visa, yang mengatur posisi foto kami dengan cepat. 
- Formulir dari konsulat Jepang Surabaya yang sudah saya isi sehingga bocah-bocah serta suami tinggal tanda tangan. Di sana harus dituliskan rencana tinggal berapa hari di Jepang, tinggal di mana, untuk tujuan apa, serta apakah ada teman atau saudara, dan sebagainya. Walaupun kami ada saudara yang akan kami temui di sana, kami memilih mengisinya dengan tujuan tourism, tanpa mengisi bagian nama dan alamat saudara yang tinggal di sana, karena ternyata justru harus dilengkapi dengan surat rekomendasi yang malah bikin ribet. Pastikan semua formulir anggota keluarga yang ikut diisi dengan seragam, jangan sampai berbeda. 
- Akte kelahiran, Kartu keluarga, saya siapkan semua masing-masing. Copy di tiap-tiap bendel sesuai nama untuk aktenya, dan aslinya saya bawa. 
- Itinerary lengkap, yang saya buat dengan semasuk akal mungkin, lengkap dengan bukti tiket pesawat dan booking hotel di mana saja kami akan menginap. Masing-masing dari bendel memiliki dokumen ini. 
- Bukti keuangan yaitu rekening koran selama tiga bulan terakhir, saya minta dari bank tempat menyimpan dana terbesar. Saya attached pada bendel dokumen saya saja.
- Foto kopi kartu pelajar anak-anak
- Surat rekomendasi pekerjaan dari rekan saya karena saya usaha sendiri berpartner bersama teman. Kemudian surat pernyataan bekerja sendiri dari suami saya. Intinya dari surat-surat itu adalah kami bekerja dan tidak akan stay di Jepang dan pasti kembali ke Indonesia, harus ada statement seperti itu. Juga surat pernyataan bahwa penanggung jawab dana adalah pemilik rekening yaitu saya, dan semua biaya sudah ditanggung dari berangkat hingga kembali ke Surabaya. 

Ternyata, ada beberapa pengaturan urutan dokumen kami yang masih harus saya sesuaikan, according to lembaran yang diberikan oleh bapak itu.
Kemudian itinerary dan bukti booking hanya perlu di-attached di bendel saya saja, seperti bukti keuangan. 

Setelah menata ulang, kembali saya and the gank menanti dipanggil. Ternyata semua yang sudah mengambil nomor akan dipanggil meskipun sudah lewat dari jam layanan, hanya saja dari depan sudah tidak boleh lagi ada orang masuk setelah pukul 11.30 WIB. 
Setelah dipanggil, saya dan keluarga maju ke loket bersama-sama. Ditanya beberapa hal kecil satu persatu. Dokumen itinerary dan bukti booking yang kelebihan dikembalikan. Engga serem sama sekali beneran. Tidak seperti yang dibayangkan. Anyway, cukup cepat kami di depan loket karena semua dokumen sudah siap. Yang ditanyakan juga,  Fia yang memasukkan copy kartu pelajar SMA-nya sekaligus tanda bukti penerimaan dia  di Bina Nusantara. Kami melakukan pengurusan ini di bulan Mei, sehingga untuk amannya kami sertakan semuanya. 

Selesai di loket dokumen, kami menuju ke loket pembayaran. Membayar semua biaya yang pada waktu itu per orangnya adalah Rp 355.000,- 
Kami diinfokan bahwa kami bisa melihat hasilnya minggu depan. 

Kemudian kami pulang dengan lega. Kami masih deg-degan apakah visa bisa keluar, tapi sejauh apa yang sudah kami lewati tadi kami yakin visa akan ditangan. Setelah ini masih harus mengurus visa Korea, tapi kami tidak memikirkan hal itu. Berdoa sekuatnya semoga visa Jepang ini lolos!

Minggu berikutnya, saya lupa tepatnya tapi sekitar tanggal 10-13 Mei 2019, kami mengurus pengambilan visa itu dan semuanya approved!! Granted sampai akhir Juli 2019!!
What a lovely birthday present for both of us, saya dan suami!!!




Sekarang setelah ini tinggal membereskan itinerary, mengurus visa korea, dan tentu saja siap2 berangkat!!!!

Note :
Kami mengurus visa Jepang terlebih dahulu karena perjalanan kami mulai dari Jepang dan diakhiri di Korea, sehingga pemikiran kami mengurus visa Jepang terlebih dahulu akan memudahkan pengurusan visa Korea bila visa Jepang sudah di tangan. Terlebih dari segi waktu yang kami mulai di bulan Mei, dengan pertimbangan waktu pengurusan visa yang bisa tidak terduga, sementara keberangkatan di awal Juli. 

#windyeffendy #love #life #family #japantrip #japan2019 #koreatrip #summer2019 #catatanperjalanan #tulisanhariini

No comments