WHAT IS YOUR BEST ACHIEVEMENT IN YOUR LIFE?

 That is the most memorable question in my mind..
Satu pertanyaan yang tidak pernah aku lupakan dalam hidupku..

Ketika itu aku sedang dalam satu sesi wawancara pekerjaan sebagai seorang guru di sebuah sekolah international di kawasan Surabaya Barat. Aku sudah melewatkan tahap psikotes hingga menyisakan hanya 3 orang termasuk aku, dan masuk ke sesi wawancara, langsung menghadap the principal.

Dan dengan bodohnya aku bercerita ngalor ngidul tentang indahnya kehidupanku sebagai seorang ibu, dan kehidupanku membesarkan anak-anakku. Bukannya bercerita tentang prestasi yang pernah kudapat, atau pekerjaan cemerlang lainnya yang pernah kudapatkan. Somehow aku sedikit bercerita tentang pencapaian di sebuah training di Jakarta beberapa tahun sebelumnya. Tapi tentu saja tanpa diragukan lagi, aku menggagalkan kesempatanku untuk diterima. Bagaimana tidak, wong mau cari kerja kok malah cerita soal keluarga. Satu hal penting yang pasti tersirat langsung di kepala the principal pasti : ini ibu rumah tangga kok mau kerja.. lha anake piye.. pasti begono..

Tapi sejak itu, aku selalu ingat dan ingat pertanyaan itu. Pertanyaan yang sama masih kuajukan pada diriku bertahun-tahun kemudian. Seperti sore ini ketika sedang bicara dengan ibuku tercinta, tentang pencapaian seseorang yang didasarkan pada standard yang berbeda dengan standard yang kami terapkan.

Somehow. Itulah. Satu pertanyaan yang sama yang kuajukan setiap kali kepada diriku sendiri, dan jawabannya masih tetap sama : my best achievement in my life is my family.
Memiliki keluarga yang luar biasa, suami yang tidak ada duanya, anak-anak cantik nan extraordinary. Memiliki kehidupan yang menyenangkan.

Dan.. kembali kepada setiap orang, best achievement itu adalah diukur dari bagaimana kita memandang hidup kita masing-masing. Kita tidak akan pernah memiliki jawaban yang sama, satu sama lain.
Bahwa dalam hidup kita, kita telah memiliki banyak prestasi, banyak step, banyak langkah, yang kadang menyakitkan, kadang menyenangkan, kadang luar biasa, tapi tetap jawabannya kembali pada diri kita bagaimana kita mengukur semua itu...

Kembali pada masing-masing standard yang kita terapkan pada hidup kita masing-masing. Bahwa dalam hidup kita harus mempunyai ukuran dan standard untuk menjalani hidup kita. Jangan sampai kita tidak memiliki standard, dan ukuran itu dalam mencapai tujuan, karena tanpa hal itu kita akan kehilangan arah. Dan, ketika setiap orang memiliki ukuran yang berbeda-beda, jangan pernah kita memaksakan diri untuk memenuhi standard hidup orang lain, ataupun memaksa orang lain memenuhi ukuran kita. Terima kasih banyak kepada suamiku tercinta yang selalu mengingatkan aku tentang ini. Luv u much..

Mungkin sulit. Menyelaraskan berbagai standar dan ukuran yang berbeda-beda dari setiap orang yang hidupnya bersinggungan setiap saat. Walau begitu, tetaplah on your track. Jangan terpengaruh orang lain, but be flexible as well.. Don't push your self too much. Just admit when you feel it is the time for surrender, or this is your winning time.. Kehidupan akan naik dan turun di setiap saatnya, dan ini akan selalu menjadi moment-moment terindah dalam hidup kita...

Suatu titik, terjadi pula dalam hidupku ketika aku merasa, bersama suamiku, harus menyerah kalah pada satu situasi. Kadang mundur teratur bukan berarti kalah untuk selamanya, tapi juga untuk memperbaiki kinerja di kemudian harinya. Karena kami sudah merasa tidak lagi nyaman, karena merasa sudah jauh dari standar dan ukuran hidup yang ingin kami capai. Tapi alhamdulillah, karena kami sehati, semua masalah alhamdulillah bisa teratasi. Kekuatan yang muncul dengan sendirinya dengan saling memahami..

So my friends, enjoy the best life you have, which is : now. You would not have the other one. Tentukan satu saja jawaban dari pertanyaan judul di atas. Apakah sudah kau temui? Atau belum? Atau sedang menjalani?

Well, it never be the same with others, don't worry. Don't bother anyone that intend to distract your life. Just be yourself and enjoy the only life you have...

**so so love to have time to write again.
Hayam Wuruk, May 6th, 2010
wind

Share:

0 Comentarios